BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khalifah
Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang
politik, ekonomi dan sosial. hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah
sebagai bapak pendiri kekhalifahan tersebut yang telah mampu mengendalikan
situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang
pemerintahannya
Kekuasaan Daulah Umayyah dapat bertahan karena
ditopang oleh paham kesukuan yang muncul sejak terjadinya tragedi terbunuhnya
Utsman Ibn Affan. Kekuasaaan Daulah Umayyah ini selalu membawa bendera suku
Quraisy yang tidak dapat dilepaskan. Dan didukung pula adanya pribadi yang
tangguh dalam menghadapi berbagai kekacauan yang terjadi dan dapat mengontorol
wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan. Pemerintahan ini juga mampu
memposisikan paham kekuasaan absolute dalam batas yang masih terkontrol.
Hal ini didukung oleh makin koopratifnya kelompok Islam yang lain terhadap pemerintah.
Sedangkan dalam kehidupan sosial, kekuatan yang berpaham keislaman yang pada
masa Ali berlawanan dengan paham kesukuan, pada masa Daulah Umayyah justru
berpaling mendukung Mu`awiyah. Hal ini disebabkan karena Daulah Umayyah tidak
menampakkan permusuhan dengan paham-paham keislaman, yang sesungguhnya
merupakan strategi penguasa untuk menghindari terjadinya kekacauan akibat
berkembangnya paham kesukuan.
B. Rumusan masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
·
Apa faktor-faktor kemunduran Daulah Bani Umayyah?
·
Apa Sebab-sebab kehancuran Bani Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Umar bin Abdul Aziz
Sebenarnya
titik awal masa keemasan Daulah Bani Umayyah itu ketika berada dibawah
kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, dan setelah beliau ada beberapa khalifah yang
baik sebagai pemimpin seperti Hisyam bin Abdul Malik juga ada yang seenaknya
sendiri, beberapa khalifah yang tercatat sebelum keruntuhan Daulah Bani Umayyah
ialah:
Umar
Bin Abdul Malik
Yazid
Bin Abdul Malik Bin Marwan
Hisyam
Bin Abdul malik
Al-Walid
Bin Yazid Bin Abdul Malik
Yazid
An-Naqish, Abu Khalid Bin Al-Walid
Ibrahim
Bin Al-Walid Bin Abdul Malik
Marwan
Bin Muhammad, Al-Himar
Sebelum
membahas keruntuhan Daulah Bani Umayyah, alangkah eloknya khalifah yang sangat
terkenal dari dinasti tersebut dibahas terlebih dahulu, karena Beliaulah
merupakan salah satu khalifah yang sangat luar biasa dalam sudut pandang agama
maupun cara kepemimpinannya. Khalifah tersebut bernama Umar bin Abdul Aziz.
Nama
lengkapnya Umar bin Abdul Aziz bin Marwan, Beliau lahir di Hulwan, sebuah desa
di Mesir, tahun 61 H saat ayahnya menjadi gubernur di daerah itu. Ibunya, Ummu
‘Ashim, putri ‘Ashim bin Umar bin Khaththab. Jadi, Umar bin Abdul Aziz adalah
cicit Umar bin Khaththab dari garis ibu.
Umar
bin Abdul Aziz dibesarkan di lingkungan istana. Keluarganya, seperti keluarga
raja-raja Dinasti Umayyah lainnya, memiliki kekayaan berimpah yang berasal dari
tunjangan yang diberikan raja kepada keluarga dekatnya. Meski demikian,
orangtuanya tidak lupa memberi pendidikan agama. Sejak kecil Umar sudah hafal
Al-Qur’an. Ayahandanya mengirim Umar ke Madinah untuk berguru kepada Ubaidillah
bin Abdullah. Inilah salah satu titik balik dalam hidup Umar bin Abdul Aziz. Ia
kini dikenal sebagai orang saleh dan meninggalkan gaya hidup suka berfoya-foya.
Di
tahun 99 H, ketika berusia 37 tahun, Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai
Khalifah berdasarkan surat wasiat Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Saat
diumumkan sebagai pengganti Sulaiman bin Abdul Malik, Umar berkata, ”Demi
Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada Allah satu
kali pun.”
Karena
itu, di hadapan rakyat sesaat setelah dibaiat ia berkata, ”Saudara-saudara
sekalian, saat ini saya batalkan pembaiatan yang saudara-saudara berikan kepada
saya, dan pilihlah sendiri Khalifah yang kalian inginkan selain saya.” Umar
ingin mengembalikan cara pemilihan kekhilafahan seperti yang diajarkan Nabi,
bukan diwariskan secara turun-temurun. Tapi, rakyat tetap pada keputusannya:
membaiat Umar bin Abdul Aziz. Pada lain kesempatan beliau juga mengatakan bahwa
memperbaiki dan meningkatkan negri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik
dari pada menambah wilayah kekuasaan.
B. Masa Keruntuhan Bani Umayyah
Namun
sayang kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dalam Daulah Bani Umayyah hanya sekejap
mata, tak lebih dari dua tahun setengah saja beliau memegang amanah. Namun sisi
baiknya Beliau berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah yang sebelumnya
merencanakan oposisi, Beliau juga memeberi kebebasan untuk beribadah sesuai
dengan kepercayaan masing masing, memperingan pajak dan mensejajarkan kedudukan
mawali dengan bangsa Arab.
Sepeninggal
Umar bin Abdul Aziz kekeuasaan dipegang Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M) dan
oleh kepemimpinan selanjutnya ketentraman yang sudah didapatkan rakyat
menjadi kacau balau, selain suka berfoya foya, para khalifa tersebut tidak
memperdulikan rakyat lagi. Dengan latar belakang dan etnis politis tertentu,
masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap kepemimpinan Yazid bin Abdul Malik.
Kerusuhan berlanjut hingga masa kepemerintahan selanjutnya, yaitu Hisyam bin
Abdul Malik, bahakan, dalam zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru,
kekuatan ini ternyata berasal dari bani Hasim yang didukung oleh golongan mawali
dan menjadikannya sebagai ancaman serius.
Sebenarnya
kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik ini sangat bagus, beliau merupakan Khalifah
yang kuat dan trampil, akan tetapi ikarenakan gesekan oposisi yang sangat kuat
sang khalifah tak kuasa untuk mematahkannya.
Dari
berbagai kesuksesan dan kebesaran yang telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata
tidak mampu menahan kehancurannya, akibat kelemahan-kelemahan internal dan
semakin kuatnya tekanan dari pihak luar. Adapun hal-hal yang membawa kemunduran
yang akhirnya berujung pada kejatuhan Bani Umayyah dapat diidentifikasikan
antar lain sebagai berikut:
Pertentangan
keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
Arab Utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan
Himyariyah yang berdiam di wilayah Suriah. Di zaman Umayyah persaingan
antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para khalifah cederung kepada satu
fihak dan menafikan yang lainnya.
Ketidak
puasan sejumlah pemeluk Islam non Arab. Mereka yang merupakan pendatang baru
dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu
stastus yang menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan
orang-orang Arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Umayyah. Mereka
bersama-sama Arab mengalami beratnya peperangan dan bahkan atas rata-rata orang
Arab, tetapi harapan mereka untuk mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara
tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini
jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang
Arab.
Latar
belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah tidak dapat dilepaskan dari
konflik-konflik politik. Kaum syi`ah dan khawarij terus berkembang menjadi
gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan
kekuasaan Umayyah. Disamping menguatnya kaum Abbasiyah pada masa
akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang semula tidak berambisi untuk merebut
kekuasaan, bahkan dapat menggeser kedudukan Bani Umayyah dalam memimpin
umat.
Secara
Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah
Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya
meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya
persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan
keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik. Sebagai kelompok penganut
islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa
Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap
pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Menurut
mereka, Negara seharusnya dipimpin oleh penguasa yang memiliki integritas
keagamaan dan politik.
Adapun
perpecahan antara suku bangsa Arab, setidak-tidaknya ditandai dengan timbulnya
fanatisme kesukuan Arab utara, yakni kelompok Mudariyah dengan kesukuan Arab
Selatan, yakni kelompok Himyariyah. Disamping itu, perlawanan dari kelompok
syi`ah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjatuhkan Daulah Umayyah
dan munculnya Daulah Abbasiyyah. Namun secara garis besar menurut Badri Yatim
faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada
kehancuran antara lain adalah :
Sistim
pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
Latar
belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa kaum Syi`ah
(pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka
seperti dimasa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa
pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini
banyak menyedot kekuatan pemerintah.
Pada
masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam,
makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian
timur lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada
masa Bani Umayyah
Lemahnya
pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah
dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban
berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan
agama yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang
Penyebab
langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan
kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
C.
Sebab-sebab dukungan kaum mawali dan syi’ah membantu kaum abbas menggulingkan
bani ummayyah !
Hal yang
mengawali kaum Syi’ah melakukan perlwanan pada Bani Ummayyah yaitu pada
dasarnya kaum Syi`ah tidak pernah mengakui pemerintahan Dinasti bani Umayyah
dan tidak pernah memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali dan Husain
hingga semakin aktif dan mendapat dukungan publik. Disisi mereka berkumpul
orang-orang yang merasa tidak puas, baik dari sisi politik, ekonomi maupun
sosial terhadap pemerintahan Bani Umayyah.
Sedangkan asal mula kaum Mawali yaitu
budak-budak tawanan perang yang telah dimerdekakan kemudian istilah ini
berkembang pada orang islam bukan arab. Ketika bani Umayyah berkuasa orang
mawali dipandang sebagai masyarakat bawahan sehingga terbukalah jurang dan
sekat sosial yang memisahkan, padahal orang Mawali turut berjuang membelah
Islam dari bani Umayyah, mereka adalah kaum infantri yang berjalan kaki yang
bertempur dengan kaki telanjang diatas terik panasnya padang pasir.
Mereka ahkirnya bergabung dengan gerakan anti pemerintah yakni pihak Bani
Abbasiyah dan Syi`ah.
Keturunan dari
paman Rasulullah Keluarga Abbas, mulai bergerak aktif dan menegaskan mereka
untuk menduduki pemerintahan dengan cerdik mereka bergabung dengan pendukung
Ali dan menekangkan hak keluarga Hasyim. Dengan memanfaatkan kekecewaan publik
dan menampilkan sebagai pembelah sejati agama islam, para keturunan Abbas dengan kaum Syi’ah dan Mawali segera menjadi
pemimpin gerakan anti Umayyah.
Faktor-faktor
tersebut diatas merupakan sebab kemunduran yang membawa kepada kehancuran
Dinasti Bani Umayyah termasuk koalisi akbar ketiga kaum syi`ah, Mawali dan
Abbasiyah, menyusun kekuatan dalam melakukan agresi gerakan revolusi
pemerintahan dengan menumbang Dinasti Bani Umayyah dan bertujuan menciptakan
pemeritahan baru.
Berahkirlah
kekusaan Dinasti Bani Umayyah dikota damaskus yang dirintis Muawiyah ibn Sufyan
kurang lebih 90 tahun lamanya dan ditutup oleh khilafah ke empat belas Marwan
ibn Muhammad.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pemaparan makalah tersebut, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Diantara
faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah mengalami kemunduran adalah
sebagai berikut:
-
Munculnya fanatisme kesukuan dalam suku-suku bangsa Arab
-
Kuatnya pengaruh fanatisme golongan (Arabisme) yang memicu munculnya
kecemburuan sosial dikalangan non Arab (Mawali)
-
Adanya perebutan kekuasaan di dalam keluarga besar Bani Umayyah
-
Larutnya beberapa penguasa (khalifah) dalam limpahan harta dan kekuasaan
Adapun
faktor-faktor yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah
sebagai berikut:
-
Tidak adanya sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bisa
dijadikan patokan dalam pergantian khalifah
-
Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
-
Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para
penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
-
Sikap hidup yang mewah dilingkungan keluarga Bani Umayyah
-
Perhatian penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
-
Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd.
Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum Syi`ah dan kaum Mawali.