KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYRAKAT SUKU PEDALAMAN
DI INDONESIA
Indonesia adalah Negara dengan jumlah suku terbanyak,
tercatat 1.128 macam suku ada di Indonesia dengan jumlah terbanyak di pegang
oleh suku jawa yang memang memenuhi separuh negeri ini.
Namun perlu anda ketahui jika Indonesia masih memiliki
beberapa suku yang jauh dari peradaban modern yang serba instan, dimana mereka
betul-betul hidup berdampingan dengan alam.
Berikut daftar 10 Suku Paling Terasing di Indonesia ...
1. Suku Anak Dalam atau Kubu, Jambi
Suku anak dalam atau Orang Kubu atau di sebut juga Orang Rimbo
adalah salah satu suku yang hidup di sumatera, tepatnya di provinsi Jambi, Suku
ini hidup di dalam hutan-hutan, hidup dalam kelompok-kelompok, mereka kerap
berpindah-pindah, jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal maka
mereka pun akan berpindah lagi, mereka hidup dari berburu, ada juga yang
bercocok tanam dan menjual hasil alam ke masyarakat biasa, suku kubu masih
menganut kepercayaan animisme dimana mereka masih menyebah roh-roh atau
dewa-dewa. Tapi beberapa dari mereka sudah ada yang menikah dan hidup dalam
lingkungan masyakart mayoritas di provinsi Jambi.
2. Suku Dani, Pegunungan Tengah, Papua
Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah
Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah
mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang
binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan ''koteka''
(penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita
menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai”
(gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan,
perang suku pun masih sering terjadi di sana meskipun tidak sebesar sebelumnya.
3. Suku Kenekes atau Suku Baduy, Kab. Lebak, Banten
Suku Kenekes atau Suku Baduy merupakan suku dari kabupaten Lebak
provinsi Banten, mereka menjauhkan diri dari dunia luar yang serba modern, suku
baduy terbagi pula menjadi 2 yakni suku baduy luar dan suku baduy dalam, dari
keduanya ini suku baduy luar sedikit lebih keras dalam menjaga adat istiadat
mereka, mereka sama sekali tidak menggunakan apa yang di ciptakan oleh dunia
moderm, seperti tidak boleh naik motor atau mobil, di perkirakan jumlah
populasi suku baduy baik luar maupun dalam mencapai 8000 orang.
4. Suku Kajang, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Kajang hidup di Kabupaten Bulukumba, sekitar 200 km dari kota
Makassar. Suku Kajang mudah di kenali, karena mereka memakai pakaian serba
hitam, sorban hitam dan tanpa menggunakan alas kaki meski di desa maupun ketika
ke kota. Suku ini sangat memegang teguh adat istiadatnya, mereka tidak terlalu
tertarik dengan dunia luar, mereka masih menjalani hidup sebagaimana nenek
moyang mereka menjalani hidup di jaman dulu kala. Dan perlu anda ketahui di
Kab. Bulukumba terdapat sebuah hutan keramat bernama Hutan Karanjang, warga
suku Kajang tidak di bolehkan mengambil hasil alam dari hutan tersebut,
sekalipun mereka hanya mengambil ranting kayu untuk kayu bakar, jika kedapatan
mereka akan di hukum dengan hukum adat.
5. Suku Togotil, Halmahera
Suku Togutil atau dikenal juga sebagai Suku Tobelo Dalam adalah
kelompok/komunitas etnis yang hidup di hutan-hutan secara nomaden di sekitar
hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo dan Buli yang termasuk dalam
Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.
Yang perlu diingat, Orang Togutil sendiri tak ingin disebut "Togutil"
karena Togutil bermakna konotatif yang artinya "terbelakang".
Kehidupan mereka masih sangat tergantung pada keberadaan hutan-hutan asli. Mereka bermukim secara berkelompok di sekitar sungai. Komunitas Togutil yang bermukim di sekitar Sungai Dodaga sekitar 42 rumah tangga. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, bambu dan beratap daun palem sejenis Livistonia sp. Umumnya rumah mereka tidak berdinding dan berlantai papan panggung.
Kehidupan mereka masih sangat tergantung pada keberadaan hutan-hutan asli. Mereka bermukim secara berkelompok di sekitar sungai. Komunitas Togutil yang bermukim di sekitar Sungai Dodaga sekitar 42 rumah tangga. Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, bambu dan beratap daun palem sejenis Livistonia sp. Umumnya rumah mereka tidak berdinding dan berlantai papan panggung.
6. Suku Bauzi atau Orang Baudi, Papua
Suku Bauzi atau orang Baudi merupakan satu dari sekitar 260-an suku
asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika
Serikat bernama Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam
daftar 14 suku paling terasing. Badan Pusat Statistik (BPS) Papua pun tak
ketinggalan memasukan suku Bauzi kedalam daftar 20-an suku terasing yang telah
teridentifikasi. Bagaimana tidak, luasnya hutan belantara, pegunungan, lembah,
rawa hingga sungai-sungai besar yang berkelok-kelok di sekitar kawasan
Mamberamo telah membuat suku ini nyaris tak bersentuhan langsung dengan
peradaban modern. Kehidupan keseharian suku ini masih dijalani secara
tradisonal.
7. Suku Sakai, Kab Siak, Riau
Suku Sakai adalah komunitas asli/pedalaman yang hidup di daratan Riau. Mereka selama ini sering dicirikan sebagai kelompok terasing yang hidup berpindah-pindah di hutan. Orang-orang Sakai dulunya adalah penduduk Negeri Pagaruyung yang melakukan migrasi ke kawasan rimba belantara di sebelah timur negeri tersebut. Waktu itu Negeri Pagaruyung sangat padat penduduknya. Untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut, sang raja yang berkuasa kemudian mengutus sekitar 190 orang kepercayaannya untuk menjajaki kemungkinan kawasan hutan di sebelah timur Pagarruyung itu sebagai tempat pemukiman baru. Setelah menyisir kawasan hutan, rombongan tersebut akhirnya sampai di tepi Sungai Mandau. Karena Sungai Mandau dianggap dapat menjadi sumber kehidupan di wilayah tersebut, maka mereka menyimpulkan bahwa kawasan sekitar sungai itu layak dijadikan sebagai pemukiman baru. Keturunan mereka inilah yang kemudian disebut sebagai orang-orang Sakai.
8. Suku Korowai, Papua
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30
tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000
orang. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon yang
disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian
sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah salah satu suku di
daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Bahkan hingga tahun 1970,
mereka tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka.
9. Suku Laut, Kep. Riau
Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah suku bangsa yang menghuni Kepulauan Riau, Indonesia. Secara lebih luas istilah Orang Laut mencakup "berbagai suku dan kelompok yang bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pesisir dan pulau-pulau di lepas pantai Sumatera Timur dan Semenanjung Malaya bagian selatan."
Sebutan lain untuk Orang Laut adalah Orang Selat. Orang Laut kadang-kadang dirancukan dengan suku bangsa maritim lainnya, Orang Lanun.
Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, namun berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan Kerajaan-kerajaan tersebut, dan mempertahankan hegemoni mereka di daerah tersebut.
10. Suku Polohi, Gorontalo
Di pedalaman hutan Boliyohato, Gorontalo hidup beberapa kelompok masyarakat nomaden yang lebih di kenal dengan sebutan Suku Polahi. Suku Polahi ini bahkan jauh lebih tertinggal daripada suku suku yang masih dianggap primitive lainnya di Indonesia. Rata rata suku primitive yang lain setidaknya sudah mulai hidup menetap dan mulai terbuka dengan kehidupan luar. Suku Polahi ini memiliki pola hidup berpindah pindah (Nomaden) dari satu hutan ke hutan yang lain. Mereka juga belum mengenal pakaian, agama bahkan mereka juga tak mengenal hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar