MAKALAH PERKEMBANGAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
perkembangan (development) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth)
berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a
stage of development). Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali.
Perkembangan juga berkaitan dengan belajar khususnya
mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku
belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu dipelajari. Suatu definisi
yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut: “perkembangan psikologis
merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan
sifat lingkungan menentukkan tingkah laku apa yang menjadi actual dan terwujud.
Dalam hal perkembangan ini banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya
faktor genetika, faktor lingkungan, dan faktor kematangan. Adapun teori-teori
tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan itu diantaranya teori Nativisme,
Empirisme dan faktor Konvergensi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami akan merumuskan
masalah – masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan nanti, yaitu :
1. Apa saja faktor - faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu?
2. Apa saja teori-teori faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan hal – hal yang
mempengaruhi atau faktor – faktor perkembangan di antaranya sebagai berikut :
1. Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu
2. Menjelaskan teori-teori faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu.
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan manusia
A. Faktor Hereditas ( genetika)
Hereditas adalah kecenderungan
untuk berkembang mengikuti pola-pola tertentu, seperti misalnya kecenderungan
untuk berjalan tegak, kecenderungan bertambah besar, kecenderungan untyk
menjadi orang lincah atau pendiam dan sebagainya.kecenderungan ini tidak hany
terdapat selama masa kanak-kanak, melainkan tetap ada pada diri kita selama
masih hidup kita. Akan tetapi kecenderungan- kecenderungan tersebut tidak
mungkin akan berwujud menjadi kenyataan kalau seandainya tidak mendapatkan
kesempatan dan rangsangan dari luar untuk berkembang.
1. Hereditas
Terdapat Pada Sel-Sel Benih
Pada manusia sel tunggal merupakan
sebuah sel telur ( ovum) yang sudah dibuahi yang kerapkali juga disebut zygote.
Zygote ini terbentuk karena persatuan antara ovum yang berasal dari ibu dan
spermato zoon yang berasal dari ayah. Dalam lingkungan guwagraba ( uterus) ibu
zygote tadi tumbuh dan berkembang dengan jalan membelah diri menjadi 2, 4, 8,
16, 32, dan seterusnya sampai berjuta-juta dan bermilyard-milyard jumlahnya.
Dalam proses pembelahan tadi terjadi pula differensisasi atau pembagian fungsi
dari sel-sel tersebut menjadi sel otot, syaraf, kelenjar, kulit dan sebagainya.
Setiap sel mengandung sebuah
nucleus ( inti) yang berbeda dengan bagian sel lainnya. Pembelahan sel selalu dimulai
dengan pembelahan nucleus. Nucleus inilah yang mempunyai arti penting bagi
hereditas. Didalam nucleus dari suatu zygote kita temukan pasangan
benang-benang yang disebut kromosom yang banyaknya 23 pasang, 23 buah berasal
dari ibu dan 23 buah berasal dari ayah. Kromosom-kromosom ini ada yang panjang
dan ada pula yang pendek. Dalam ke 23 pasang kromosom itu terdapat satu pasang
kromosom yang disebut kromosom seks, karena kromosom inilah yang menentukan
jenis individu baru.
Setiap kromosom terdiri dari rangkaian
butir-butir menyerupai merjan yang disebut genes. Seperti halnya dengan
kromosom, gees ini pun terdapat dalam pasangan –pasangan, sebuah berasal dari
ayah dan sebuah lagi berasal dari ibu.
2. Genes
Sebagai Pembawa Sifat Hereditas.
Setiap kromosom terdiri dari
rangkaian butir-butir yang menyerupai merjan. Genes inilah yang merupakan
unsur-unsur pembawa sifat hereditas. Jadi apakah seorang anak akan mempunayai
kulit hitam atau kuning, rambut keriting atau kejur, perawakan tinggi atau
pendek, cerdas atau kurang cerdas, periang atau pemurung ditentukan oleh
sifat-sifat yang ada pada genes ini. Penyelidikan dalam ilmu genetika telah
berhasil mengetahui lokalisasi dari genes-enes tertentu pada kromosom tertentu.
Diperkirakan dalam setiap kromosommanusia terdapat sekitar tiga ribu genes.
Seperti hanya dengan kromomosom, genes-genes ini pun dalam pasangan-pasangan,
sebuah berasal dari ibu dan sebuah berasal dari ayah.
Karena kombinasi dari genes ini
pada pada waktu konsepsi terjadi secara kebetulan, maka dapatlah dimengerti
mengapa sifat-sifat dasar anak-anak dari oaring tua yang sama tidak pernah
sama, kecuali kalau mereka merupakan anak kembar yang berasal dari satu telur.
Begitu juga demikian nucleus ovum dan nucleus spermatozoum bersatu pada waktu
konsepsi ( yang berarti pula bersatunya genes dari pihak ayah dan genes dari
pihak ibumenurut suatu cara tertentu), maka sifat-sifat anak lahir ataupun
batin, telah ditentukan. Jika hal ini sudah terjadi, maka tak ada
kekuatan yang bisa mengubahnya. Sifat-sifat yang ditentukan pada waktu ini akan
tetapi dibawa individu selama hayatnya dan akan mempengaruhi penilaiannya
terhadap lingkungannya.( patty, 1982: 56-57).
Seberapa jauh kuatnya pengaruh
sifat keturunan yang berasal dari ayah ibunya, sangat bergantung kepada
pengaruh besarnya kwalitas gene-gene dari masing-masing orang Tanya.
Cirri-ciri tingkah laku atau sifat
yang mungkin bisa diturunkan sebagai faktor bawaan dari orang tua kepada
anaknya terbagi menjadi 5 prinsip yakni:
1) Prinsip Reproduksi
Sifat-sifat tingkah laku yang diturunka hanyalah
bersifat reproduksi yaitu memunculkan kembali apa yang sudah ada pada hasil
perpaduan benih, penurunan sifat berlangsung dengan melalui sel benih bukan sel
badan. Dengan demikian tingkah laku atau kecakapan orang tua yang diperoleh
melalui hasil pengalaman atau belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan
adalah sifat-sifat strukturil, karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk
kecakapan anaknya.
2) Prinsip Konformitas
Setiap proses heriditet akan mengikuti pola-pola keseragaman
dari jenis generasi sebelumnya yakni seorang anak akan memiliki
sifat-sifat yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya. Sebagai
contoh: keturunan orang-orang Arab akan memiliki cirri-ciri yang seragam,
demikian pula orang Eropa, Gegro dan sebagainya.
3) Prinsip Variari
Setiap proses hariditet akan terjadi penurunan yang
bervariasi. Kecuali situasi dan kondisi menyebabkan bervariasinya produksi
benih. Penurunan sifat kepada anak dari orang tua sangat bervariasi dikarenakan
jumlah gene-gene dalam khromosom amat banyak, maka kombinasi gene-gene setiap
pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk
setiap proses heiditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Keculi itu stuasi
dan kondisi menyebankan bervariasina produksi benih.
4) Prinsip Regresi Filial
Penurunan sifat cenderung menuju kearah rata-rata dari kedua
orang tuanya. Misalkan orang tua yang cerdas akan berkecendrungan memiliki
keturunan yang kurang cerdas.
5) Prinsip Menyilang
Menurut prinsip ini bahwa apa yang
diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran
menyilang, seperti seorang anak perempuan akan lebih banyak mempunyai
sifat-sifat ayahnya dan seorang anak laki-laki akan lebih banyak mempunyai
sifat-sifat ibunya. ( Abu khaer, 1993: 28-29).
B. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala akan lahir sebagai bayi yang sehat.
yang mengelilingi individu didalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan pisik
seperti orang tuanya, rumahnya, kawan-kawannya bermain, masyarakat sekitanya
maupun dalam bentuk lingkunganpsikologis seperti misalnya perasaan-perasaan
yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan
sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak didalam kandungan, seorang individu
selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. Jikalau selama masa-masa dalam
kandungan, ibunya mendapat makanan-makanan yang sehat, melakukan
latihan-latihan olah raga yang tepat, mengalami ketentraman batin dan
sebagainya, maka bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan besar akan lahir
sebagai seorang bayi yang sehat.
Begitu juga semenjak ia lahir didunia perkembangan anak itu
akan tetap dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya,
oleh jumlah dan kualitas makanan yang diterimanya, oeh jadwal pemeliharaannya
tiap hari, begitu juga oleh suhu lingkungannya. Pengaruh yang tidak kalah
pentingnya ialah bagaimana sikap dan tingkah laku orang dewasa disekitarnya
terhadap dirinya. ( patty, 1982: 58-59).
Jika dilihat dari segi bentuk, maka lingkungan manusia itu
pada pokoknya terdiri atas dua golongan yaitu: lingkungan dalam (linner
environment) dan lingkungan luar ( outer environment).
1)
Lingkunagn dalam (innerenvironment)
Lingkunagn dalam adalah hal-hal yang pada mulanya berasal
dari luar individu, yang kemudian masuk kedalam tubuh dan bersatu dengan
sel-sel tubuh individu seperti makanan, minuman, udara dan sebagainya,
merupakan lingkungan dalam individu. Hormon-hormon serta berbagai cairan tubuh
yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubuh merupakan lingkungan dalam. Adapun
hal-hal yang termasuk kapada lingkungan dalam itu memberikan rangsangan
kepada individu, mempengaruhi kegiatan dan perkembangannya. Individu akan
merasa lapar atau dingin bila persediaan makan dalam tubuh berkurang, merasa
sesak nafas bila zat pembakar berkurang.
2)
Lingkungan luar (outer environment)
Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang merangsang dan
melibatkan individu yang berasal dari luar, lingkungan luar individu mungkin berada
jauh dari individu, asal memberikan rangsangan dan menyebabkan individu
terlibat kedalamnya. Adapun yang termasuk lingkungan luar itu terdiri dari:
a.
Lingkunagn alam ( physical
environment)
Lingkungan alam adalah segala sesuatu disekitar individu
yang berupa benda-benda alam atau fisik yang termasuk kepada lingkunagn alam
semesta alam semesta alam antara lain: makanan, tumbuh-tumbuhan, binatang,
iklim, minuman, pakaian peralatan dan sebagainya.
b.
Lingkungan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kemampuan untuk
hidup dan berinteraksi bersama manusia lainnya. Individu selalu membutuhkan
orang lain. Individu tidak bisa hidup dengan sempurna tanpa berinteraksi dengan
individu yang lainnya. Interaksi individu dengan individu lainnya merupakan
lingkungan sosial yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian
seseorang.
c.
Lingkungan budaya
Kebudayaan yaitu segala sesuatu ciptaan manusia sebagai
usaha untuk mempertahankan hidupnya, misalnya: ilmu pengetahuan, peranturan-peraturan,
bahasa seni, olah raga dan sebagainya. Kebudayaan merupakan lingkungan bagi
individu dan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Individu selalu hidup dan
dibesarkan dalam suasana kebudayaan tertentu. Anak sangat sensitif dalam
menerima prangsang-perangsang kebudayaan, lingkungan kebudayaan dimana anak
dibesarkan akan mewarnai tingkah laku atau perkembangan anak itu.
d.
Lingkungan sprirituil
Sebagai makhluk hidup, manusia juga membutuhkan lingkungan
spirirituil tertentu, sesuai dengan jenis agama dan kepercayaan yang dianut
oleh keluarganya dan atau masyarakat disekitarnya.
C. Faktor kematangan
Pembawaan dan lingkungan adalah faktor-faktor yang sangat
penting bagi perkembangan individu. Interaksi antara faktor-faktor tersebut
tidak terjadi sekehendak hati, tapi dipengaruhi oleh faktor ketiga yaitu faktor
kematangan ( maturation) atau waktu (time). Kematangan adalah siapnya suatu
fungsi kehidupan, baik pisik maupun psychis untuk berkembang dan melakukan
tugasnya denagn baik. Bagaimanapun kayanya pembawaan seseorang individu dan
betapapun baiknya lingkungan yang tersedia baginya bila belum mencapai
kematangan untuk berfungsi maka suatu fungsi ehidupan belum dapat berkembang
optial. ( Abu khaer, 1993: 30-31).
Adapun teori –teori untuk menganalisa faktor manakah yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan individu, yakni antara faktor
hereditas dan faktor lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Teori Nativisme
Nativisme ( nativism) merupakan sebuah doktrin filosofis
yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran
ini bernama Arthur scopenhauer (1788-1860), seorang filosof jerman. Aliran
filsafat nativime konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang
segala sesuatu dengan “ kacamata hitam”. Mengapa begitu? Karena para ahli
penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh
pembawaannya, sedangkankan pengalaman dan pendidikan, tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “ pesimisme pedagogis”.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru
dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik dari arena berasal dari
keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan
demikian. Manakala pembawaannya itu baik, menurut aliran ini, pendidikan tidak
dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya. (Sobur, 2003: 147).
Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang
adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan
dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang
tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula
yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari
orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang
mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah
kemampuan orangtuanya.
Dengan tegas Arthur Schopenhaur menyatakan yang jahat akan
menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari
optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan
ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan
sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering
ditemukan secara fisik anak mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat
kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu bukan satu-satunya
faktor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui
kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jati diri).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dalam
teori Nativisme
1.
Faktor Genetic. Adalah faktor gen
dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri
manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi
maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang
prosentasenya besar.
2.
Faktor Kemampuan Anak. Adalah faktor
yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya.
Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang
mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai
dengan bakat dan minatnya.
3.
Faktor pertumbuhan Anak. Adalah
faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan
dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka
dia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsif terhadap kemampuan yang
dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut
tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri
individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori
Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan
pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia
diharapkan:
a.
Mampu memunculkan bakat yang
dimiliki. Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang
dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan
adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak
besar terhadap kemajuan dirinya.
b.
Mendorong manusia mewujudkan diri
yang berkompetensi. Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih
kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi
manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan
manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
c.
Mendorong manusia dalam menentukan
pilihan. Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap
menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut
akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini
bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
d.
Mendorong manusia untuk
mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang. Teori ini dikemukakan untuk
menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimiliki
agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
e.
Mendorong manusia mengenali bakat
minat yang dimiliki. Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali
bakat yang dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali bakat yang
dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya
sehingga bisa lebih optimal.
Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh
pengaruh alam sekitar dan pendidikan (Arthur Schopenhauer (1788-1860)). Untuk
mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatihan dan kursus
untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan
dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga
potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan,
dilatih dan dimunculkan.
Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh
orang-orang yang memang mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada
pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat paksaan dari orang
tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung tertutup bahkan
hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak mempertimbangkan bakat,
kemampuan dan minat anak.Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah
untuk menampung suatu bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat
tersalurkan dan berkembang dengan baik sehingga hasil yang dicapai dapat
maksimal.
Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka
kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar
kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas,
tetapi juga bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus =
lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang
dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya
menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya.
Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik,
ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika.
Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh
anaknya.Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
b.
Teori Empirisme atau Teori
Lingkungan
Aliran empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme,
dengan contoh utama john locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “
The school of British Empiricism” (aliran empirisme inggris). Akan tetapi,
aliran ini lebih berpengaruh pada pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan
sebuah aliran filsafat bernama “ environmentalisme” (aliran lingkungan)
dan psikologi bernama “ environmental psychology” (psikologi lingkungan)
yang relative masih baru.
Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir
laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa ( tabula= meja, rasa,
=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin putih. Kertas putih bersih
dapat ditulis dengan tinta tersebut. Begitu pula halnya dengan meja yang
berlilin, dapat dicat dengan berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak
diumpamakan bagaikan kertas putih yang bersih, sedangkan warna tint,
diumpamakan sebagai lingkunga (pendidikan) yang akan berpengaruh terhadapnya,
sudah pasti tidak mungkin tidak, pendidikan pun dapat membuat anak menjadi baik
atau buruk. Pendidikn dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak,
sedangkan bakat pembawaannya bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh
pendidikan itu.
Teori tabula rasa ini diperkenalkan oleh john locke untuk
mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap
perkembangan anak. Ketika dilahirkan, seorang anak adalah pribadi yang masih
bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Orang
tua menjadi tokoh penting yang mengatur rangsangan-rangsangan dalam mengisi “
secarik kertas” yang bersih ini. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris
terkenal dengan nama optimism paedagogis. Kaum behavioris pun sependapat
dengan kaum empiris.
Perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor
lingkungan, sedangkan faktor bakat, tidak ada pengaruhnya. Dasar pikiran yang
digunakan ialah bahwa pada waktu dilahirkan, anak dalam keadaan suci, bersih,
seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulisi menurut
kehendak penulisnya. ( buku erna: 148-149).
c. Teori Konvergensi atau Teori
persesuaian
Tokoh aliran Konvergensi adalah
William Stern. la seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939.
Aliran Konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan
Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki
bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi
oleh lingkungan. Jadi,faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan
penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik
dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik.
Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi
menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat
dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa besar
perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari
kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
Menurut aliran ini bahwa manusia
dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan
atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa
berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
Pada umumnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli
pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap
paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan
perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.
Dengan demikian pendidikan harus
mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan
benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah
yang lebih maju. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya
faktor hereditas , faktor lingkungan dan faktor kematangan. Faktor
hereditas merupakan totalitas karaktiristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen – gen. Faktor lingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa,
situasi, atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu dalam hal ini adalah faktor lingkungan dalam dan
lingkungan luar.
Adapun teori-teori dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah teori Nativisme. Teori empirisme dan
teori konvergensi. Teori nativisme menyatakan bahwa manusia yang baru
dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik dari arena berasal dari
keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan
demikian. Teori empirisme berpendapat bahwa anak yang baru lahir laksana kertas
yang putih bersih atau semacam tabula rasa ( tabula= meja, rasa, =lilin),
sedangkan teori konvergensi mengatakan bahwa anak lahir di dunia ini telah
memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan
dipengaruhi oleh lingkungan.
B.
SARAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar