BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tamak terhadap harta dunia merupakan salah satu penyakit hati yang
sangat membahayakan kehidupan manusia. Tamak adalah sikap rakus terhadap harta
dunia tanpa melihat halal dan haramnya. Tamak bisa menyebabkan timbulnya sifat
dengki, permusuhan, perbuatan keji, dusta, curang, dan bisa menjauhkan
pelakunya dari ketaatan, dan lain-lain.
Ibnu al-Jauzi rahimahullah berkata, “Jika sifat rakus
dibiarkan lapas kendali maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk
sepuas-puasnya. Sifat ini menuntut terpenuhinya banyak hal yang menjerumuskan
seseorang ke liang kehancuran.”[i]
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Seorang hamba akan
merasa merdeka selagi ia qana’ah dan orang merdeka akan menjadi budak
selagi ia tamak.”[ii] Beliau juga berkata, “Ketamakan membelenggu leher dan memborgol
kaki. Jika belenggu hilang maka borgolpun akan hilang dari kaki.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui pengertian tamak
2.
Untuk dapat mengetahui sifat-sifat tamak
3.
Untuk dapat mengetahui ciri-ciri tamak
4.
Hukum tamak dalam ajaran islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tamak
Secara bahasa
tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah
cinta kepada dunia (harta)
terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang
mengakibatkan adanya dosa besar[1].
Dari definisi
diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang
bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini
dijelaskan oleh Syeikh Ahmad Rifai sebagai sebab timbulnya rasa
dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian
pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat serta
menjauhi kewajiban agama.
B. Sifat-Sifat
Tamak
Sifat rakus
terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan oleh
beliau seperti orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin banyak ia
meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya. Maksudnya, bertambahnya
harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan dalam
mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru
yang lebih banyak.[2] Orang yang
tamak senantiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak yang diperoleh
dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih
banyak lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa
yang dimiliki, tetapi sebaliknya menjadi satu bebanan hidup.
Selanjutnya,
kehidupannya hanya disibukkan untuk terus mendapat apa yang diinginkannya,
karena orang tamak lupa tujuan sebenarnya amanah hidup di dunia ini. Mereka
tidak peduli hal lain, melainkan mengisi segenap ruang untuk memuaskan nafsu
tamaknya. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah untuk
melaksanakan tanggung jawab sebagai hamba-Nya. Seperti dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْن
“ Dan ِAku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”[3]
Tamak timbul
dari waham iaitu ragu-ragu dengan rezeki yang dijamin oleh Allah SWT.
Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan: “Tak ada yang lebih
mendorong kepada Tamak melainkan imajinasi (waham) itu sendiri”,
Dorongan imajinatif, dan lamunan-lamunan panjang yang palsu senantiasa
menjuruskan kita pada ketamakan dan segala bentuk keinginan yang ada kaitannya
dengan kekuatan, kekuasaan, dan fasilitas makhluk. Waham atau imajinasi
itulah yang memproduksi hijab-hijab penghalang antara kita dengan Allah SWT,
Sehingga pencerahan cahaya yakin sirna ditutup oleh hal-hal yang imajiner
belaka.
C. Ciri-Ciri
Orang Tamak
› Terlalu mencintai harta yang
dimiliki
› Terlalu semangat memcari harta tanpa
memperhatikan waktu dan kondisi tubuh
› Terlalu hemat dalam membelanjakan
harta
› Merasa berat untuk mengeluarkan
harta demi kepentingan agama dan sosial
› Mendambakan kemewahan dunia
› Tidak memikirkan kehidupan alkhirat
› Semua perbuatannya selalu
bertendensi pada materi.
D. Hukumnya Di
Dalam Ajaran Islam
Hukumnya ialah
haram , Allah SWT memberi ancaman keras kepada mereka yang tamak, dijelaskan
dalam surah Al-‘Aadiyat ayat 6-11:
يَوْمَ لاَ
يَنْفَعُ مَالٌ وَّلاَ بَنُوْنَ (88) إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ
سَلِيْمٍإِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ (6) وَإِنَّهُ عَلىَ ذَالِكَ
لَشَهِيْدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ (8)
أَفَلاَ
يَعْلَمُ إِذَابُعْثِرَ مَا فِى الْقُبُوْرِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِى الصُّدُوْرِ
(10)
إِنَّ
رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ (11)
6. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak
berterima kasih kepada Tuhannya,
7. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri)
keingkarannya,
8. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya
kepada harta[4].
9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan
apa yang ada di dalam kubur,
10. Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
11. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha
Mengetahui keadaan mereka.
Dalam surah al-Fajr ayat 16-23, Allah berfirman:
وَأَمَّا إِذَا
مَاابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَهَانَنِ (16)
كَلاَّ بَلْ
لاَّ تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَ (17) وَلاَ تَحَاضُّوْنَ عَلَى طَعَامِ
الْمِسْكِيْنَ (18)
وَتَأْكُلُوْنَ
التُّرَاثَ أَكْلاً لَّمًّا (19) وَتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (20)
كَلاَّ إِذَا
دُكَّتِ اْلاَرْضُ دَكًّا دَكًّا (21) وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّاصَفًّا
(22)
وَجِاىْ ءَ يَوْمَئِذٍ
بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَّتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى (23)
Artinya:
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi
rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku
menghinakanku”[5].
17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim[6],
18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang
miskin,
19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur
baurkan (yang halal dan yang bathil),
20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan.
21. Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan
berturut-turut,
23. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan
pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu
baginya.
Contoh orang
yang tamak beserta gambarnya
Orang-orang yang tamak adalah orang-orang yang hartanya
masuk ke hati, melingkupinya dalam hitungan rugi-laba. Ketika dia berpikir
bahwa hartanya dapat mengekalkannya di kehidupan ini maka mulailah dia
krasak-krusuk mengumpulkan harta dengan segala cara tanpa memperhatikan batasan
halal-haram. Dan ketika kewajiban datang kepadanya untuk berzakat atau
bersedekah, menginfakkan sebagian hartanya, ia mulai mengambil sikap preventif
terhadap harta tersebut, jangan sampai harta saya berkurang bahkan sepeserpun!
Kalau pun kemudian dia mengeluarkan sebagian kecil dari hartanya juga, yang
terpikir kemudian adalah seberapa besar yang akan diperolehnya kembali. Inilah
awal mula praktek suap, sogok-menyogok. Ia mengeluarkan untuk meraup keuntungan
sebanyak-banyaknya. Inilah orang-orang kaya yang ketika berpakaian menutupi
hatinya, bukan menutupi auratnya. Makanya ketika berpakaian auratnya berkibar
dan pakaiannya hanyalah untuk mempertegas kesombongannya !
Rasulallah shallallahu alaihi
wasallam pernah mengkhabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak
pernah mengenal kata puas.
رَوَي
اْلبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِي خُطْبَتِهِ
يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ
يَقُولُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ
إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ
يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu
al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata;
Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah
bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas
niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang
kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat
rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang
mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari No.6438)
Hadits ini menunjukan bagaimana
tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak menganal rasa puas. Hadits ini juga,
mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Kecintaan
terhadap harta dunia bisa membuat seseorang terlena dari perjalanan hidup yang
abadi di akherat. Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari
ketaatan kepada Allah Ta’ala karena hati menjadi sibuk dengan dunia daripada
akhirat.
Dampak buruk dari sifat tamak, bisa
membuat seseorang melakukan segala cara yang diharamkan demi mendapatkan harta
yang diinginkan, seperti korupsi, suap, curang, riba, mengurani timbangan,
berbohong, menipu, merampok, bisa pula nekat melakukan ritual-ritual syirik,
dan lain-lain.
رَوَي
التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ
فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ
لِدِينِهِ
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab
ibn Malik al-Anshari radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada
seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan
kedudukan dalam membahayakan agamanya.” (HR. al-Tirmidzi, beliau berkata:
Hadits hasan shahih)
Berkaitan dengan hadits di atas,
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Ini adalah permisalan yang
agung yang diumpamakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi
kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia
dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat dari rusaknya kambing yang dimangsa
oleh dua ekor serigala lapar.”
Oleh karena itu, Allah Ta’ala
mengingatkan bahwa harta itu adalah ujian, harta merupakan di antara fitnah
terbesar ummat Rasulallah, dan yang lebih baik lagi mulia adalah yang ada di
sisi Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an
surat al-Taghabun ayat 15:
إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya harta dan anak-anak
kalian hanyalah fitnah (cobaan), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS.
Al-Taghabun: 15)
رَوَي
التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ
أُمَّتِي الْمَالُ
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab
ibn Iyadh, ia berkata: Saya telah mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda, “Sesungguhnya masing-masing ummat itu memiliki fitnah (bahan ujian)
dan fitnah ummatku adalah harta.” (HR. al-Tirmidzi)
Dengan demikian, maka tamak
merupakan sifat cinta dunia. Sifat tamak mendatangkan banyak kerusakan, baik
kerusakan pribadi, keluarga, masyarakat dan yang terbesar adalah kerusakan yang
menimpa keagamaan seseorang disebabkan dunia lebih dicintai dari segalanya.
Para ulama berkata: Cinta dunia itu
pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi:
- Mencintai dunia akan mengakibatkan mengagungkannya, padahal di sisi Allah Ta’ala dunia sangat remeh. Adalah suatu dosa terbesar mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh.
- Allah Ta’ala telah melaknat, memurkai dan membenci dunia, kecuali yang ditunjukan kepada-Nya.
- Orang yang cinta dunia pasti menjadikan tujuan akhir dari segalanya. Ia pun berusaha semampunya akan mendapatkannya.
- Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akherat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya.
- Mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapan terbesar seorang hamba.
- Pecinta dunia adalah manuia dengan adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri, di dunia, di barzakh dan di akherat.
- Orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga ia mengutamakannya dari pada akherat adalah amakhluk yang paling bodoh, dungu dan tidak berakal.[iv]
Dalam banyak ayat, Allah Ta’ala
sudah mewasiatkan kepada manusia seluruhnya, khususnya orang-orang beriman agar
tidak terlena dengan kesenangan dunia, memerintahkan agar fasilitas kesenangan
dunia yang diberikan Allah Ta’ala tidak melalaikan dari ibadah kepada Allah
Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman dalam
al-Qur’an surat Fatir ayat 5:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Hai manusia, sesungguhnya janji
Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan
kalian dan sekali-kali janganlah syaitan memperdayakan kalian tentang Allah.”
(QS. Fatir: 5)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ
عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah
harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa
yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS.
Al-Munafiqun: 9)
روي
مسلم عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ « إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا
وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى
النِّسَاءِ ». وَفِى حَدِيثِ ابْنِ بَشَّارٍ « لِيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ »
Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id
al-Khudri, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala
menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat
bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan
wanita. Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah fitnah
wanita” dalam riwayat hadits Ibnu Basyar, “Untuk melihat bagaimana yang kalian
kerjakan.” (HR. Muslim)
Untuk mengobati penyakit tamak dari
hati seseorang, Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar al-Qashidin mengungkapkan
bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur:sabar, ilmu, dan amal. Secara
keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:
- Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.
- Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, dan harus merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah.
- Hendaknya mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan.
- Membandingkan antara kehidupan Yahudi dan Nasrani yang tenggelam dalam kenikmatan dengan kehidupan para nabi dan orang shalih. Siapakah di antara mereka yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
- Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.[v]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari definisi diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah
sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana
yang halal dan haram.
Tamak terhadap harta
dunia merupakan salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan kehidupan
manusia. Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat halal dan
haramnya. Tamak bisa menyebabkan timbulnya sifat dengki, permusuhan, perbuatan
keji,
Sifat rakus terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi
hina, sifat ini digambarkan oleh beliau seperti orang yang haus yang hendak
minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa
dahaganya.
Orang-orang
yang tamak adalah orang-orang yang hartanya masuk ke hati, melingkupinya dalam
hitungan rugi-laba. Ketika dia berpikir bahwa hartanya dapat mengekalkannya di
kehidupan ini maka mulailah dia krasak-krusuk mengumpulkan harta dengan segala
cara tanpa memperhatikan batasan halal-haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar