BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Genetika
disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya
suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi” kata genetika berasal
dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Genetika
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi
kegenerasi. Dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang
pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya.
Genitika
perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri
serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. Kita sebagai manusia
tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita
menjalin ekosistem dengan mereka. Oleh karena itu, selain kita harus mengetahui
sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Genetika
bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan
terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu
pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
yang dimaksud dengan “Genetika”?
C. Tujuan dan
Manfaat Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Biologi”
di STIKes YPIB Majalengka.
Adapun
manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta
pemahaman mengenai materi yang terkait yaitu Genetika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Genetika
Genetika
adalah ilmu yang mempelajari sifat keturunan. Keturunan adalah proses biologis
dimana orangtua atau induk mewariskan gen kepada anaknya atau keturunannya. Istilah Genetika (kata serapan dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari
kata bahasa Yunani: γέννω, genno yang berarti
"melahirkan") adalah cabang biologi yang
mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion). Secara
singkat dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya. Istilah "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu
surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia
menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun
1906.
Dalam
kaitannya dengan genetika, DNA memiliki peran/ kontribusi yang
amat penting. DNA adalah bahan genetik mendasar yang mengontrol sifat-sifat
makhluk hidup, terkeskpresikan dalam bentuk polipeptida, meskipun tidak
seluruhnya adalah protein (dapat diekspresikan sebagai RNA yang memiliki reaksi
katalitik, seperti SNRPs).
Francis Crick menjelaskan aliran informasi yang
dibawa oleh DNA dalam rangkaian The Central Dogma, yang berbunyi Aliran
informasi DNA dapat diterukan ke sel-sel maupun individu lainnya dengan
replikasi, dapat diekspresikan menjadi suatu sinyal perantara dalam bentuk RNA,
yang kemudian dapat ditranslasikan menjadi polipeptida, unit pembangun suatu
fenotipe dari organisme yang ada.
Dalam
biologi, ilmu genetika mempelajari gen, pewarisan sifat, dan keanekaragaman
organisme hidup. Genetika dapat diaplikasikan ke berbagai studi tentang
kehidupan seperti bacteria, plantae, animalia, dan manusia. Sejak dulu,
telah ada berbagai observasi untuk mengembangkan varietas dari suatu tumbuhan
dan hewan. Ilmu genetika modern dimulai oleh Gregor Mendel pada pertengahan
abad ke-19. Genetika
berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan
genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu lain
(pewarisan genetik).
B.
Cabang-Cabang Genetika
Genetika
berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabang-cabang ilmu ini
terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek tertentu dari
objek kajiannya.
Cabang-cabang
murni genetika antara lain:
Cabang-cabang
terapan genetika antara lain:
Bioteknologi merupakan
ilmu terapan yang tidak secara langsung merupakan cabang genetika tetapi sangat
terkait dengan perkembangan di bidang genetika.
C.
Substansi Genetika
1.
Kromosom
Istilah kromosom dikenalkan oleh W. Waldayer yang mengatakan bahwa kromosom berasal dari dua kata, yaitu
chroma yang berarti warna dan soma berarti badan. Oleh
karena itu, kromosom dapat diartikan sebagai badan yang menyerap warna.
Kromosom terdapat pada nukleus (inti sel) setiap sel. Kromosom dapat diamati
pada tahap metafase saat pembelahan mitosis maupun meiosis.
a.
Sifat
Kromosom
1)
Hanya
terlihat pada waktu sel membelah
2)
Mempunyai ukuran panjang antara 0,2 – 40 m
(mikron).
3)
Kromosom
pada sel prokariotik hanya memiliki satu kromosom dan tidak terletak di dalam
inti sel dan kromosom sel eukariotik, jumlahnya bervariasi
menurut jenis organisme
dan terdapat di dalam nukleus.
4)
Umumnya
memiliki susunan kimia yang terdiri dari kromatin 60%, protein 35%, DNA, dan RNA 5%.
5)
Protein
terdiri dari histon dan nonhiston (bersifat netral atau asam).
6)
Memiliki
beberapa enzim yang terlibat dalam sintesis DNA dan RNA.
b.
Klasifikasi
Kromosom
Kromosom
dalam tubuh berdasarkan pengaruhnya terhadap penentuan jenis kelamin dan sifat
tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Autosom, disebut juga kromosom biasa
atau kromosom tubuh. Autosom tidak menentukan jenis kelamin organisme. Pada
manusia dengan jumlah kromosom sel somatis 46 buah, memiliki 44 autosom.
Selebihnya, 2 kromosom, adalah kromosom kelamin. Penulisan autosom dilambangkan
dengan huruf A sehingga penulisan autosom sel somatis manusia adalah 44A atau
22AA.
2)
Gonosom, disebut juga kromosom
kelamin atau kromosom seks. Gonosom dapat menentukan jenis kelamin makhluk
hidup. Jumlahnya sepasang pada sel somatis. Pada manusia dengan jumlah kromosom
sel somatis 46 buah, terdapat 44 autosom dan 2 gonosom. Terdapat 2 jenis
gonosom, yaitu X dan Y. Umumnya pada makhluk hidup, gonosom X menentukan jenis
kelamin betina dan gonosom Y menentukan jenis kelamin jantan. Susunan gonosom
wanita XX dan gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan kromosom sel somatic
(2n) adalah 44A + XY (pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun untuk sel gamet (n)
adalah 22A + X atau 22A + Y.
Berdasarkan lokasinya pada individu, kromosom
dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)
Kromosom
prokariotik, yaitu kromosom yang sangat sederhana dan hanya terdapat pada organisme prokariotik.
Misalnya: kromosom virus mozaik pada tembakau hanya berupa pita ARN
tunggal dan kromosom pada bakteri E. coli berupa benang
ADN tunggal yang melingkar atau diikuti oleh molekul ARN.
2)
Kromosom
eukariotik, yaitu kromosom yang terdapat pada organisme multiseluler. Pada umumnya terdiri dari dua pita
ADN (sense dan antisense)
yang sangat panjang dan dibungkus oleh membran inti.
c.
Struktur Kromosom
1)
Sentromer (kinetokor) merupakan penghubung antara kromonema yang satu dengan lainnya dan
berfungsi sebagai tempat melekatnya benang gelendong pada waktu kromosom akan
bergerak menuju ke kutub sel, pada fase anafase pembelahan kromosom.
2)
Kromonema merupakan pita berbentuk spiral, tempat melekatnya kromiol dan kromomer.
3)
Kromomer (granula besar), kromonema yang mengalami penebalan di beberapa
tempat dan merupakan bahan nukleoprotein yang mengendap serta sebagai tempat
lokus gen.
4)
Kromiol (granula kecil) merupakan kromosom yang mengalami sedikit penebalan.
5)
Telomer yaitu bagian
yang terdapat pada ujung kromosom dan berfungsi untuk menghalangi bersambungnya
kromosom satu dengan lainnya.
6)
Matriks yaitu cairan
sitoplasma (endoplasma) yang agak memadat dan terdapat di dalam kromosom.
7)
Lokus gen yaitu bagian
yang berfungsi sebagai tempat pembawa sifat-sifat keturunan (hereditas).
8)
Satelit yaitu bagian
tambahan yang terdapat pada ujung kromosom dan tiap kromosom belum tentu
memilikinya.
9)
Selaput (membran) yaitu lapisan
tipis yang menyelaputi kromosom.
d.
Tipe-Tipe
Kromosom
Berdasarkan
panjang lengan yang dimilikinya kromosom dibedakan menjadi
metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik.
1)
Metasentrik, kromosom jenis ini
memiliki panjang lengan yang relative sama sehingga sentromer berada di tengah-tengah
kromosom.
2)
Submetasentrik, kromosom jenis ini
memiliki satu lengan kromosom lebih pendek sehingga letak sentromer sedikit
bergeser dari tengah kromosom.
3)
Akrosentrik, pada kromosom ini salah
satu lengan kromosom jauh pendek dibandingkan lengan kromosom lainnya.
4)
Telosentrik, kromosom ini hanya
memiliki satu buah lengan saja sehingga letak sentromernya berada di ujung
kromosom.
e.
Jumlah
kromosom
Semua
makhluk hidup eukariotik memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Pada sel
tubuh atau sel somatis, jumlah kromosom umumnya genap, karena kromosom sel
tubuh selalu berpasangan. Jumlah kromosom sel somatis tersebut terdiri atas 2
set kromosom (diploid, 2n), dari induk jantan dan induk betina. Pada sel gamet
atau sel kelamin, seperti sel telur dan sel sperma, hanya memiliki setengah
dari jumlah kromosom sel tubuh. Jumlah kromosom sel gamet hanya satu set atau
haploid (n). Pada manusia dengan jumlah kromosom sel somatis 46, sel telur atau
sel sperma hanya memiliki 23 kromosom. Adanya fertilisasi mengembalikan jumlah kromosom sel tubuh
menjadi 46 buah.
Berikut ini
tabel jumlah kromosom beberapa makhluk hidup.
No.
|
Nama
|
Jumlah
Kromosom
|
1.
|
Lumbricus
terestris (cacing
tanah)
|
36
(n = 18)
|
2.
|
Felis
domesticus (kucing)
|
38
(n = 19)
|
3.
|
Mus
musculus (tikus)
|
40
(n = 20)
|
4.
|
Pongo
pygmaeus (kera)
|
42
(n = 21)
|
5.
|
Oryctologus
cuniculus (kelinci)
|
44
(n = 22)
|
6.
|
Homo
sapiens (manusia)
|
46
(n = 23)
|
7.
|
Solanum
lycopersicum (tomat)
|
24
(n = 12)
|
8.
|
Solanum
tuberosum (kentang)
|
48
(n = 24)
|
9.
|
Zea
mays (jagung)
|
20
(n = 10)
|
10.
|
Oryza
sativa (padi)
|
24
(n = 12)
|
2.
Gen
a.
Pengertian Gen
Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup
yang mengandung substansi hereditas,
terdapat di dalam lokus gen. Gen
terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran antara 4 – 8 m (mikron).
b.
Sifat-Sifat Gen
Gen
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
-
Mengandung informasi genetik.
-
Tiap gen
mempunyai tugas dan fungsi berbeda.
-
Pada waktu pembelahan mitosis
dan meiosis dapat mengadakan duplikasi.
-
Ditentukan oleh susunan
kombinasi basa nitrogen.
-
Sebagai zarah yang terdapat
dalam kromosom.
c.
Fungsi Gen
Fungsi gen
antara lain:
-
Menyampaikan informasi kepada
generasi berikutnya.
-
Sebagai penentu sifat yang diturunkan.
-
Mengatur perkembangan dan
metabolisme.
d.
Simbol – Simbol Gen
·
Gen dominan, yaitu gen yang
menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang dibawanya terekspresikan pada
turunannya (suatu individu) dan biasanya dinyatakan dalam huruf besar, misalnya
A.
·
Gen resesif, yaitu gen yang
terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen dominan) sehingga sifat yang
dibawanya tidak terekspresikan pada keturunannya.
·
Gen heterozigot, yaitu dua gen
yang merupakan perpaduan dari sel sperma (A) dan sel telur (a).
·
Gen homozigot dominan, yaitu
dua gen dominan yang merupakan perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina, misalnya genotipe AA.
·
Gen homozigot resesif, yaitu
dua gen resesif yang merupakan hasil perpaduan dua
sel kelamin. Misalnya aa.
·
Kromosom homolog, yaitu
kromosom yang berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan kromosom yang
berasal dari induk jantan.
·
Fenotipe, yaitu sifat-sifat
keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat dilihat, seperti tinggi, rendah,
warna, dan bentuk.
·
Genotipe, yaitu sifat-sifat
keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya AA, Aa,
dan aa.
dan aa.
3.
DNA dan RNA
Asam nukleat
adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika
unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut
dioksiribonukleat (DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut
asam ribonukleat (RNA).
DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya (Harpet, 1980).
DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya (Harpet, 1980).
Dua tipe
utama asam nukleat adalah DNA dan RNA. DNA terutama ditemui dalam inti sel,
asam ini merupakan pengemban kode genetik dan dapat memproduksi atau
mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk memproduksi
organisme itu dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengerahkan
sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu messenger RNA (mRNA), meninggalkan
inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme
itu sesuai dengan kode DNA-nya (Fessenden, 1990).
a.
Struktur DNA
Asam
deoksiribonukleat atau disingkat DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada
makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya
atau dari makhluk hidup dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Suryo, 2004:57).
DNA merupakan suatu polimer nukleotida ganda yang
berpilin (double heliks). Setiap nukleotida terdiri dari 1 gugus phospat, 1 basa nitrogen, dan 1 gula pentosa. Gula pentosa yang menyusun DNA terdiri
dari gula deoksiribosa yang kekurangan
satu molekul oksigen. Basa nitrogen yang menyusun DNA terdiri dari purin dan pirimidin. Purin terdiri dari adenin dan guanin, sedangkan
pirimidin terdiri dari sitosin dan timin.
Nukleotida merupakan ikatan antara basa nitrogen
dengan gula pentosa. Menurut Watson dan Crick, susunan DNA adalah:
1)
Setiap
DNA terdiri dari 2 rantai polinukleotida yang berpilin (double heliks).
2)
Setiap nukleotida terletak pada bidang datar yang tegak lurus seakan-akan membentuk anak tangga, sedangkan
phospat membentuk ibu tangganya.
3)
Antara
2 rantai polinukleotida dihubungkan oleh ikatan hidrogen pada masing-masing
pasangan basa nitrogennya.
4)
Basa purin selalu berkaitan dengan basa pirimidin, dengan pasangan yang selalu tetap.
Adenin (A) dari kelompok purin selalu berpasangan dengan
Timin (T) dari kelompok pirimidin, sedangkan Guanin (G) selalu berpasangan dengan
Sitosin (S) dari kelompok pirimidin.
b.
Replikasi DNA
Replikasi
adalah proses duplikasi DNA secara akurat. Genom manusia pada satu sel terdiri
sekitar 3 milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi secara akurat
(persis tidak boleh ada yang salah). Replikasi adalah transmisi vertical (dari
sel induk ke sel anak supaya informasi genetik yang diturunkan sama dengan sel
induk). Replikasi hanya terjadi pada fase S (pada mamalia), Replikasi terjadi
sebelum sel membelah dan selesai sebelum fase M.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan ada 3 teori yang menyatakan cara duplikasi DNA:
1)
Teori
konservatif
DNA induk
tidak mengalami perubahan apapun, lalu urutan
basabasa nitrogennya disalin sehingga terbentuk
dua rantai DNA yang sama persis.
2)
Teori
dispersif
DNA induk
terpotong-potong, kemudian potongan-potongan tersebut merangkai diri menjadi dua buah DNA
baru yang mempunyai urutan basa-basa nitrogen sama persis seperti urutan basa nitrogen semula.
3)
Teori
semikonservatif
Pada saat akan
mengadakan replikasi kedua, rantai polinukleotida akan memisahkan diri sehingga basa-basa nitrogen tidak berpasangan. Nukleotida bebas mengandung basa nitrogen yang bersesuaian akan menempatkan diri berpasangan dengan basa nitrogen dari
kedua rantai DNA induk, sehingga terbentuk dua
buah DNA yang sama persis.
c.
Fungsi DNA
1)
Menyampaikan informasi genetik
kepada generasi berikutnya, karena DNA mampu melakukan proses replikasi.
2)
Tempat sintesis
semua kode jenis asam amino dalam sel.
3)
Sebagai pengatur seluruh
metabolisme sintesis protein sel.
d.
Struktur RNA
RNA merupakan polinukleotida, namun ukurannya jauh lebih pendek dari polinukleotida penyusun DNA. RNA hanya terdiri dari satu rantai. Gula pentosa yang menyusun RNA adalah gula ribosa. RNA dibentuk oleh DNA di dalam inti sel. Basa
nitrogen yang menyusun RNA adalah Purin
terdiri dari adenin (A) dan guanin (G) serta Pirimidin
terdiri dari sitosin (C) dan urasil (U).
e.
Macam-Macam RNA
1)
RNA duta (messenger RNA)
Fungsinya
membawa informasi DNA dari inti sel ke ribosom. Pesanpesan ini berupa triplet basa yang ada pada RNA duta yang disebut kodon. Kodon pada RNA duta merupakan komplemen dari kodogen, yaitu urutan
basa-basa nitrogen pada DNA yang dipakai sebagai pola cetakan. Peristiwa pembentukan RNA duta oleh DNA di dalam inti sel, disebut
transkripsi.
Contoh:
-
Kodogen (DNA) = ASG TGG ATA
SST
-
Kodon (triplet basa RNA d) =
UGS ASS UAU GGA
2)
RNA transfer (RNA pemindah)
Fungsinya mengenali kodon dan menerjemahkan
menjadi asam amino di ribosom. Peran RNA transfer ini dikenal
dengan nama translasi (penerjemahan). Urutan basa nitrogen pada RNA
transfer disebut antikodon. Bentuk RNA transfer
seperti daun semanggi dengan 4 ujung yang penting, yaitu:
-
Ujung pengenal kodon yang berupa triplet basa yang
disebut antikodon.
-
Ujung perangkai asam amino yang berfungsi mengikat
asam amino.
-
Ujung pengenal enzim yang membantu mengikat asam
amino.
-
Ujung pengenal ribosom.
Contoh: Apabila kodon dalam RNA duta mempunyai urutan
UGS ASS UAU GGA maka antikodon yang sesuai pada RNA transfer adalah ASG UGG AUA
SSU.
3)
Ribosom RNA (RNAr)
Fungsinya
sebagai tempat pembentukan protein. Ribosom RNA terdiri dari 2 sub unit, yaitu: sub unit
kecil yang berperan dalam mengikat RNA duta serta sub unit besar yang berperan untuk mengikat RNA transfer yang sesuai.
f.
Peran DNA dan RNA dalam Sintesis
Protein
Sintesis
protein merupakan suatu proses yang komplek, termasuk di dalamnya penerjemahan
kode-kode pada RNA menjadi polipeptida. Sintesis protein melibatkan DNA, RNA,
ribosom, asam amino, dan enzim. (Slamet Santosa, 2004: 134). Sintesis protein membutuhkan bahan dasar asam amino, dan berlangsung
di dalam inti sel dan ribosom. Tahap-tahap sintesis protein dibagi menjadi 2
yaitu:
1)
Transkripsi
a)
Berlangsung dalam inti sel.
b)
Dimulai
dengan membukanya pita "Double Helix" oleh enzim DNA polymerase.
c)
Pita DNA
yang berfungsi sebagai pencetakan RNA disebut pita template atau sense
(kodogen) dan pita DNA yang tidak mencetakan RNA disebut dengan pita antisense.
d)
Pita RNA
dibentuk sepanjang pita DNA pencetak dengan urutan basa nitrogennya
komplementer dengan basa nitrogen yang ada pada pita cetakan DNA.
e)
Pita RNA
yang telah selesai menerima pesan genetik dari pita DNA pencetak segera
meninggalkan inti nukleus menuju ke ribosom, tempat sintesis protein dalam
sitoplasma. Pita RNA menempatkan diri pada leher ribosom.
f)
RNA yang
ada dalam sitoplasma bersiap untuk berperan dalam proses sintesis protein
berikutnya. Setiap satu RNA ini, mengikat satu asam amino yang mengandung ATP.
2)
Translasi
a)
RNAd dan
RNAt setelah sampai di ribosom selanjutnya tiga basa nitrogen pada antikodon
RNAt berpasangan dengan tiga basa nitrogen pada kodon RNAd. Misalnya AUG pada
kodon RNAd berpasangan dengan UAC pada antikodon RNAt, sehingga asam amino
diikat oleh RNAt adalah metionin. Dengan demikian nama asam amino merupakan
terjemahan dari basa-basa nitrogen yang ada pada RNAd.
b)
Ribosom
dengan RNAd bergerak satu dengan yang lainnya.
c)
Sebuah
asam amino ditambahkan pada protein yang dibentuk.
d)
Asam amino
yang pertama (metionin) segera lepas dari RNAt kembali ke sitoplasma untuk
mengulang fungsinya dengan cara yang sama. RNAt berikutnya datang untuk
berpasangan dengan kodon RNAd berikutnya.
e)
Proses
keseluruhan ini berkesinambungan sampai terbentuk polipeptida tertentu yang terdiri dari asam amino
dengan urutan basa nitrogen tertentu.
g.
Kode Genetik
Kode genetik adalah suatu informasi dengan
menggunakan huruf sebagai lambang basa nitrogen (A, T, C, dan G) yang dapat
menerjemahkan macam-macam asam amino dalam tubuh. Dengan kata lain, kode
genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk
menentukan urutan asam amino pada saat sintesis protein. Macam molekul protein
tergantung pada asam amino penyusunnya dan panjang pendeknya rantai
polipeptida.
Proses
sintesis protein (polipeptida) baru akan diawali apabila ada kodon AUG yang
mengkode asam amino metionin, karenanya disebut sebagai kodon permulaan (kode ‘start’). Sedangkan berakhirnya proses
sintesis polipeptida apabila terdapat kodon UAA, UAG, dan UGA (pada
prokariotik) dan UAA (pada eukariotik). Kodon UAA,UAG, dan UGA tidak mengkode
asam amino apapun dan merupakan agen pemotong gen (tidak dapat bersambung lagi
dengan double helix asam amino) disebut kodon terminasi/ kodon nonsense (kode ‘stop’).
Kode genetik berlaku universal, artinya kode genetik yang sama berlaku untuk
semua jenis makhluk hidup. Dengan adanya kodon permulaan dan
kodon terminasi, berarti tidak semua urutan basa berfungsi sebagai kodon.
Yang berfungsi sebagai kodon hanyalah urutan basa yang berada di antara kodon
permulaan dan kodon terminasi.
Tabel. Kode genetik
h.
Perbedaan
DNA dan RNA
Meskipun banyak memiliki persamaan dengan DNA, RNA memiliki
perbedaan dengan DNA, antara lain yaitu (Suryo, 1992):
1)
Ukuran dan bentuk
Pada umumnya molekul RNA lebih
pendek dari molekul DNA. DNA berbentuk double helix, sedangkan RNA berbentuk
pita tunggal. Meskipun demikian pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan pita
double namun tidak terpilih sebagai spiral.
2)
Susunan kimia
Molekul RNA juga merupakan polimer
nukleotida, perbedaannya dengan DNA yaitu:
a)
Gula yang menyusunnya bukan
dioksiribosa, melainkan ribosa.
b)
Basa pirimidin yang menyusunnya
bukan timin seperti DNA, tetapi urasil.
3)
Lokasi
DNA pada umumnya terdapat di
kromosom, sedangkan RNA tergantung dari macamnya:
a)
RNA d(RNA duta), terdapat dalam
nukleus, RNA d dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung didalam
nukleus.
b)
RNA p(RNA pemindah) atau RNA t(RNA
transfer), terdapat di sitoplasma.
c)
RNA r(RNA ribosom), terdapat didalam
ribosom.
4)
Fungsinya
DNA berfungsi memberikan informasi
atau keterangan genetik, sedangkan fungsi RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
a)
RNA d, menerima informasi genetik
dari DNA, prosesnya dinamakan transkripsi, berlangsung didalam inti sel.
b)
RNA t, mengenali kodon dan menerjemahkan menjadi asam amino di ribosom.
c)
RNA r, sebagai tempat pembentukan protein.
D. Pewarisan Sifat
Ilmu genetika berkembang sangat pesat sejak ditemukannya teori pewarisan
sifat oleh seorang rahib di sebuah biara di Brunn, Austria yang bernama Gregor Johann Mendel yang
selanjutnya tokoh ini disebut Bapak Genetika.
Mendel adalah orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang.
Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan beberapa jenis tanaman ercis atau
kacang kapri (Pisum sativum) di kebun biara. Di kebun tersebut banyak
sekali terdapat tanaman kacang kapri yang beraneka ragam, ada yang berwarna
putih dan merah, ada yang berbiji bulat dan keriput, serta ada pula yang
berbatang tinggi dan rendah. Mendel memilih kacang kapri untuk penelitiannya
karena kacang tersebut memiliki sifat sebagai berikut :
1.
Memiliki bunga sempurna yang
dapat melakukan penyerbukan sendiri;
2.
Dapat dengan
mudah dilakukan penyerbukan silang;
3.
Masa hidupnya
tidak lama, sehingga segera menghasilkan keturunan;
4.
Memiliki
pasangan sifat yang mencolok.
Keturunan pertama (F1) dengan genotipe Mm, menghasilkan dua
macam gamet yang berjumlah sama. Misalnya: jika dihasilkan 50 serbuk sari, 25
sebuk sari memiliki genotipe M dan 25 serbuk sari yang lain memiliki genotipe
m. Demikian juga pada sel telurnya. Hal ini terjadi karena pada waktu
pembentukkan sel gamet pasangan gen Mm memisah secara bebas. Akibatnya
masing-masing sel kelamin (sebuk sari atau sel telur) hanya memperoleh satu
gen, yaitu M atau m. Peristiwa ini untuk selanjutnya disebut prisip
pemisahan secara bebas.
Dalam proses
pewarisan sifat dikenal beberapa hukum sebagai dasar pengembangan genetika modern oleh Mendel
(1822-1884). Hukum tersebut disebut sebagai Hukum Mendel. Hukum Mendel dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Hukum Mendel I (hukum segregasi bebas atau
pemisahan gen sel alel) yaitu pada pembentukan sel gamet, 2 gen yang
berpasangan akan dipisahkan ke dalam dua sel anak secara bebas.
Contoh percobaan Mendel I:
1)
Mendel menyilangkan dua individu kacang kapri yang
memiliki satu sifat beda (monohibrida) yaitu antara kapri berbiji bulat dengan
berbiji keriput. Sifat bulat dominan terhadap keriput.
Komposisi Gen
B : gen untuk sifat bulat, dominan terhadap b
B : gen untuk sifat keriput
P1 :
BB ( Bulat) x bb (Keriput)
F1 :
F1 x F1
Bb x Bb
Gamet-gamet yang dibentuk : B dan b, B dan b
Gamet-gamet yang dibentuk : B dan b, B dan b
B
|
b
|
|
B
|
BB (bulat)
|
Bb (bulat)
|
b
|
Bb (bulat)
|
bb (keriput)
|
Rasio Fenotipe = bulat : keriput; 3 : 1
Rasio genotipe =
BB : Bb :bb : 1 : 2 : 1
2)
Backcross, yaitu menyilangkan atau mengawinkan individu hasil hybrid ( F1) dengan salah satu induknya.
Sifat biji pada kacang kapri
P : BB ( tinggi
) x bb ( rendah )
F1 :
Bb ( tinggi )
Backcross
a)
Bb (bulat) x BB (Bulat sebagai
induk)
B
|
b
|
|
B
|
BB (bulat)
|
Bb (bulat)
|
Hasil backcross
maka : 100% bulat
b)
Bb (Bulat) x bb ( keriput sebagai induk)
B
|
b
|
|
b
|
Bb (bulat)
|
bb (keriput)
|
Hasil rasio
fenotipe backcross maka: bulat : keriput = 1 : 1
3)
Sifat intermediate (semidominan atau kodominan )
Intermediate adalah penyilangan dengan satu sifat
beda, yang mana sifat dominan tidak mampu menutupi sifat diantara keduanya. Hal
ini disebabkan beberapa gen tidak dominan dan juga tidak
resesif.
b.
Hukum Mendel II yaitu hukum pengelompokkan gen secara bebas yaitu bila dua
individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua macam sifat atau lebih, maka
penurunan sifat yang satu tidak tergantung dengan yang lain.
Contoh percobaan hukum mendel
II
Mendel melakukan percobaan penyilangan pada kacang kapri dengan dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk biji.
Mendel melakukan percobaan penyilangan pada kacang kapri dengan dua sifat beda (dihibrid), yaitu warna dan bentuk biji.
B : Bulat, dominan terhadap keriput
b : Keriput
K : Kuning, dominan terhadap hijau
k : Hijau
b : Keriput
K : Kuning, dominan terhadap hijau
k : Hijau
Penyelesaian:
P : BBKK (Bulat Kuning) X bbkk (Keriput Hijau)
Gamet : BK x bk
F1 : BbKk (Bulat Kuning )
P2 : F1 X F1
P2 : BbKk x BbKk
Gamet : BK, Bk, bK, bk x BK, Bk, bK, bk
P : BBKK (Bulat Kuning) X bbkk (Keriput Hijau)
Gamet : BK x bk
F1 : BbKk (Bulat Kuning )
P2 : F1 X F1
P2 : BbKk x BbKk
Gamet : BK, Bk, bK, bk x BK, Bk, bK, bk
F2:
BK
|
Bk
|
bK
|
bk
|
|
BK
|
BBKK
|
BBKk
|
BbKK
|
BbKk
|
Bk
|
BBKk
|
BBkk
|
BbKk
|
Bbkk
|
bK
|
BbKK
|
BbKk
|
bbKK
|
bbKk
|
bk
|
BbKk
|
Bbkk
|
bbKk
|
bbkk
|
Kemungkinan genotipe dan fenotipe pada F2 adalah
:
Kotak Nomor
|
Genotipe
|
Fenotipe
|
Σ
|
1
|
BBKK
|
Bulat Kuning
|
1
|
2,
5
|
BBKk
|
Bulat Kuning
|
2
|
3,
9
|
BbKK
|
Bulat kuning
|
2
|
4,
7, 10, 13
|
BbKk
|
Bulat kuning
|
4
|
6
|
BBkk
|
Bulat Hijau
|
1
|
8,
14
|
Bbkk
|
Bulat Hijau
|
2
|
11
|
bbKK
|
Keriput kuning
|
1
|
12,
15
|
bbKk
|
Keriput kuning
|
2
|
16
|
bbkk
|
Keriput
hijau
|
1
|
Maka rasio
fenotipe adalah Bulat kuning: Bulat hijau: Keriput kuning: Keriput hijau
= 9:3:3:1. Hubungan antara sifat beda dan jumlah kemungkinan
kombinasi serta pemisahan pada F2 untuk fenotipe dan genotipe.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Genetika adalah ilmu yang
mempelajari sifat keturunan (pewarisan sifat) dari orang tua atau induknya
kepada keturunannya. Genetika dapat disebut juga sebagai ilmu gen dan segala
aspeknya.
Genetika
berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan
genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu lain
(pewarisan genetik).
B. Saran
Penyusun
menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi maupun bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini di
masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar