KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki sejarah yang panjang mengenai kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri, baik yang belum menganut suatu agama maupun yang sudah menganut sebuah agama.
Pada awalnya agama atau kepercayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah animisme yaitu mengadakan hubungan baik
dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa
berusaha menyenangkan hati mereka.
Namun dengan perkembangan zaman, masuklah ajaran-ajaran yang dibawa oleh orang-orang dari wilayah India, yang kemudian secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kepercayaan masyarakat asli bangsa Indonesia, Bangsa India yang masuk ke Indonesia membawa kepercayaan agama Hindu, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Kerajaan-kerajaan beragama Hindu di Indonesia. Selain dari India, banyak juga pendatang yang datang ke Indonesia, diantaranya orang-orang dari wilayah timur tengah, melalui jalur perdagangan maupun jalur-jalur lainnya, misalnya perkawinan, pendidikan, yang kemudian mengajarkan agama Islam, dan itu adalah cikal bakal masuknya agama islam ke Indonesia, dan pada akhirnya banyak raja-raja yang menganut agama islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
?
C. Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang
pernah ada di Indonesia
2. Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
1. Kerajaan Samudra
Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia yang berada di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai
didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan
Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan menjalin hubungan
perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI Tahir,
ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali
tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam
yaitu:
· Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang
asing yang menetap di Samudera Pasai.
· Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal
ini dibuktikan dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di
Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka
sebagai jalur perdagangan laut yang menghubungkan daerah Pasai dengan Arab,
India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan besar, Samudera Pasai
memiliki fungsi sebagai
· Tempat merambah perbekalan.
· Tempat mengurus masalah perkapalan.
· Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke
luar.Tempat menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti
memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai
adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan
dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain
melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang
menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I)
yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak
kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 –
1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam
dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra
Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya,
Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman
singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan
Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki
oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan
oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian
Adanya perpecahan
di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan terlebih
lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya
di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim
yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya
Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat
pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum
bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah
kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah
kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai
Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan,
dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata
pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.
Corak pemerintahannya terdiri atas,
·
Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
·
Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
· Berikut
ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat kerajaan
Aceh.
·
Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya kerajaan
Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera
dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke
Minaangkabau.
· Untuk
memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama dengan Belanda
dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu VOC dan EIC untuk
membuka kantor cabangnya di Aceh.
·
Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan
pada tahun 1614.Mendirikan
· Masjid
Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan
Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675).
Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan
teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah.
Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya
yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka
menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah
asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama
Islam. Pada sekitar
abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah
Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari
Singkil.
Keempat ulama
ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam
kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang
kaya akan sumber daya alam, seperti
beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
3. Kerajaan Demak
Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak
merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan
daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden
Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika
kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan
Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah
mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak
berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir
meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya
sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek
Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun
1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya
Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan,
sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan
lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada
tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik takhta,
Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya portugis ke Jawa
Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus
Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan semangat juang
yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul
Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada
pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon.
Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan
Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan
Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan
Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan
Trenggana mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya
Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian banyak
yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta
sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan
Pajang.
Aspek
Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan
sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur
dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil
kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti
ukir-ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai
sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai
kerajaan Islam.
Aspek
Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang
ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup
luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan
lilin.
Keruntuhan
Kerajaan Demak
Keruntuhan
Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan oleh Ratu
Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir).
Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan
Demak karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu
Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan
pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria Penansang. Aria
Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan
Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.
4. Kerajaan Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini
adalah Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya
penangsang raja Demak. Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke
Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang
erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau
pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang.
Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan.
Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi
tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi
dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di
daerahnya masing-masing.
Bupati
Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi
Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng
Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama
Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal
sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo,
putranya.
Dalam
perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo
wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak)
mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa
Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan
Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan
Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan
Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi
melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.
5. Kerajaan Mataram
Awal
Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu
Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi
Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria
Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh
Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M,
Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati,
Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh
Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan
Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara
para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran
Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman,
Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak
saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.
Aspek
Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam
menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi
rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus
yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan
merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang
menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya
mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah
Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu
cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban,
Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
Untuk
menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan,
persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha
Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil
menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk
menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan
Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
Aspek
Kehidupan Sosial
Kehidupan
masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam
tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti
oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib,
naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan
pengadilan istana.
Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan
anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Aspek
Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan
Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena
letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah
kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah
pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan
yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat,
suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen
yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping
itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam
dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
Kemunduran
Mataram Islam
Kemunduran
Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai
seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat
tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
6. Kerajaan Banten
Awal
Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten
menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan
hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak.
Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting
menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu
dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun
1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin.
Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang
menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
Aspek
Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten
pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan oleh
putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke
pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan,
ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu,
tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan Banten
aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti dengan
dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan
membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana
Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara
untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan
Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat
menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa
pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian
digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami
kemunduran.
Aspek
Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh
menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan
pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab banyak yang
datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh
sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan
daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
Kemunduran
Kerajaan Banten
Penyebab
kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten Maulana
Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara
saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten
mulai hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja
yang cakap seperti Maulana Yusuf.
7. Kerajaan Gowa-Tallo
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat
sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan
Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung,
Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung
sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat
orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara
Guru dan saudaranya.
Kesultanan
Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan
dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di
bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan
ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat
itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang
Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku
Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku
karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak
Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang
terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
Letak Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan
Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini
terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa
yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan
memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan
Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang,
baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal
dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa
atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada
saat itu.
Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Kerajaan Gowa Tallo
1. Kondisi sosial
budaya Kerajaan Gowa Tallo
Sebagai
negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan
tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan
norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur
berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat
Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut,
masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan
atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari
segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya
yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal.
Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan
Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal
sampai mancanegara.
2. Kondisi ekonomi
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan
Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di
Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
- letak yang strategis,
- memiliki pelabuhan yang baik
- jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai
pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran
dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan
ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga
tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain
perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
3. Kondisi politik Kerajaan
Gowa Tallo
Penyebaran
Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi
Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama
memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin
kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada
masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Selanjutnya
kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta
daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil
menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur
perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa
di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi
tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan
menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku.
Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda
memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk
mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba
antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu
Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka
bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat
persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan
Makasar.
Isi
dari perjanjian Bongaya antara lain:
- VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
- Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
- Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
- Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun
perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra
Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan
rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya
Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
Proses Kehancuran Kerajaan Gowa Tallo
Sepeninggal
Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama seperti
ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin
eksistensi Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk
mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama
menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan
Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya.
Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate
merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja
Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan
Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai
raja.
Kerajaan yang
terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya
akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah
terutama cengkih.
Ternate dan
Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung
selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan
berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan.
Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya
dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521
menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan
berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian
terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin
memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata
bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran
agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan
Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo,
Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar
bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan
Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa
pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak
terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas
daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu,
Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan
Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai
di selatan dan Misol di Irian.
Dengan
masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat
di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam
sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku
bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian
selatan.
Maluku adalah
daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa.
Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara.
Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan
rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat
setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi
kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sejarah merupakan salah satu disiplin
ilmu yang penting untuk dipelajari.
2. Meski terdapat perbedaan teori tentang
masuknya Islam ke Indonesia, namun dapat diambil kesimpulan bahwa Islam masuk
ke Indonesia dengan cara damai.
3. Kerajaan Islam merupakan salah satu
bukti dari perkembangan Islam di Indonesia begitu pesat.
B.
Saran
1. Hendaknya kita lebih bersemangat dalam
mempelajari sejarah
2. Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari
Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Dengan mempelajari sejarah, selain
wawasan kita bertambah kita juga akan lebih memahami kebudayaan-kebudayaan
tempo dulu dan mengambil setiap pelajaran dari sejarah tersebut.
Untuk file Ms. Word yang sudah rapi silahkan bisa KLIK DISINI